Doa Menggema, Jiwa Terjaga

Sep 9, 2025 - 09:56
 0  44
Doa Menggema, Jiwa Terjaga

Jabon – Selasa pagi (09/09/2025) di SMPN 1 Jabon seakan diselimuti nuansa berbeda. Langkah-langkah ringan para siswa menyusuri halaman sekolah menuju masjid depan, menyatu dengan embun yang masih setia bergelayut di dedaunan. Dari kejauhan, tampak lautan putih-hitam memenuhi pelataran. Para siswa laki-laki gagah dengan kopyah hitam, baju putih, serta celana hitam yang sopan. Sementara siswi perempuan hadir anggun dengan jubah putih, rok hitam, dan kerudung hitam. Diba’ di tangan mereka seolah menjadi paspor menuju pagi yang penuh keberkahan.

Tepat pukul 06.30 WIB, kegiatan dibuka dengan tawassul. Suara lantang penuh penghayatan memecah kesunyian, mengalun doa yang membawa hati setiap siswa untuk tunduk dan menunduk. Satu persatu wajah terlihat khusyuk, seakan larut dalam lantunan doa yang menenangkan jiwa.

Memasuki pukul 07.30 WIB, udara masjid dipenuhi getaran syair. Pembacaan diba’ dipimpin anak-anak banjari sekolah yang piawai menghidupkan irama. Denting rebana berpadu dengan lantunan ayat pujian, menggema hingga ke sudut-sudut ruang. Suara ratusan siswa kelas 7, 8, dan 9 bersatu, membentuk harmoni yang tak hanya terdengar di telinga, tetapi juga mengetuk hati. Ada yang melagukan sambil menutup mata, ada yang mengikuti dengan lirih, namun semuanya terikat dalam benang merah kebersamaan.

Rangkaian acara dilanjutkan dengan Aini Mufidah (9I) yang tampil mantap sebagai MC. Suaranya jernih, tutur katanya tertata, mengalirkan acara dengan penuh percaya diri. Setelah itu, qiro’ah dan sari tilawah oleh M. Irsyad Rizqi dan Nakeisya menambahkan nuansa teduh, bacaan ayat suci yang merdu membuat para siswa terdiam dalam kekhusyukan.

Suasana semakin hidup ketika Kepala Sekolah, Ibu Yayuk Dian Mandasari, S.Pd., M.Pd. memberikan sambutan. Dengan penuh kehangatan, beliau menekankan bahwa kegiatan seperti ini bukan sekadar seremonial, melainkan bekal pembentukan akhlak. “Mendengar lebih baik daripada berbicara. Dengan mendengar, kita bisa mendapat wawasan atau ilmu yang belum pernah kita dapatkan. Ketika bicara, kita hanya mengulang perkataan kita kembali,” ujarnya.

Puncak acara pun tiba; ceramah agama oleh Ustadz Kiai Hj. Muhajir, dengan bahasa sederhana namun sarat makna, beliau menyampaikan pesan tentang pentingnya menjaga hati, menghormati guru, tak boleh durhaka kepada orang tua terlebih lagi ibu, serta meneladani akhlak Nabi Muhammad SAW. Kata-kata beliau bagai hujan yang menyejukkan tanah kering—menyentuh, membasahi, sekaligus menghidupkan semangat baru.

Menjelang penutup, doa mulai mengalun syahdu. Suaranya bergetar, merambat ke setiap hati yang hadir. Hening menyelimuti ruangan, hanya tersisa gumaman doa yang lirih, mengikat semua yang ada dalam satu kebersamaan spiritual.

Pagi itu, SMPN 1 Jabon bukan hanya sekolah yang dipenuhi siswa. Ia berubah menjadi ruang ibadah yang sarat makna. Seragam putih-hitam yang sederhana menjelma simbol persatuan, lantunan diba’ menjadi nyanyian jiwa, dan doa penutup menjadi tali yang mengikat hati.

Bagi sebagian siswa, mungkin awalnya ini hanya sekadar kegiatan wajib. Namun, ketika syair-syair bergema, doa-doa dipanjatkan, dan ceramah menyentuh hati, mereka menemukan bahwa pagi itu adalah hadiah—hadiah untuk jiwa, untuk kebersamaan, dan untuk iman yang tumbuh bersama.

Oleh: Nita, Mita

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow