Pengurus OSIS SMPN 3 Sidoarjo Jajal Permainan Tradisional di Museum Mpu Tantular
Sebanyak empat Pengurus Organisasi Intra Sekolah (OSIS) dan satu guru pendamping SMP Negeri 3 Sidoarjo (Spentigda), ikut berpartisipasi dalam kegiatan Belajar Bersama di Museum (BBM). Kegiatan tersebut diadakan UPT Museum Mpu Tantular, Buduran, Sidoarjo.

SpentigdaNews— Rabu (11/09/24) pagi, SMP Negeri 3 Sidoarjo mengikuti acara yang bertajuk "Belajar Bersama di Museum (BBM)". Kegiatan itu dibalut dalam kegiatan "Mengenal Permainan Tradisional Koleksi Museum".
Bertempat di UPT Museum Mpu Tantular Sidoarjo, acara dimulai pukul 08.30 WIB. Sebelumnya, ada penjelasan singkat dari MC tentang permainan tradisional dan filosofi permainan dakon.
"Dalam permainan dakon, masing-masing pemain mendapatkan 7 lubang kecil dan 1 lubang besar. Ketujuh lubang kecil dalam dakon itu diibaratkan seperti 7 hari (1 minggu). Dalam 7 hari itu kita berstrategi dan menabung, agar ke depannya kita menjadi lebih baik, lalu 1 lubang besar diibaratkan seperti tabungan atau celengan," ucap pembawa acara.
Kegiatan dilanjutkan dengan pembukaan dari MC. Setelah itu dilanjutkan dengan penampilan drama dari anak anak teater. Drama itu menceritakan tentang keseruan dan keragaman serta keunikan dari permainan tradisional.
Ada pun permainan yang mereka tampilkan seperti Bor-Selebor dan Kotak Pos. Selesai drama, semua partisipan diminta berdiri untuk menyanyikan lagu nasional Indonesia Raya bersama-sama dan dipimpin pembacaan doa menurut agama Islam. Kegiatan berlanjut pada penyampaian laporan kepala UPT Museum Negeri MPU Tantular.
Sambutan disampaikan Kepala Bidang Kebudayaan Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbudpar) Provinsi Jawa Timur, yang sekaligus membuka acara.
Dalam sambutannya, dia melontarkan pertanyaan, mengapa budaya perlu dilestarikan?
Pertanyaan tersebut, lalu dijawab Kayla Sahara, ketua OSIS SMPN 3 Sidoarjo (Spentigda). Dia menyampaikan, jika budaya sangatlah penting, apalagi di era globalisasi saat ini.
Mengapa dilestarikan, agar budaya tidak punah "Perlu kita ketahui bahwa budaya merupakan ciri khas bangsa kita. Suatu kekayaan yang memang harus ditonjolkan. Jadi budaya itu seperti kelebihan yang dimiliki oleh suatu daerah," jelasnya.
Maka, lanjutnya, budaya itu perlu dilestarikan. "Juga perlu dibudidayakan pengetahuannya pada generasi-generasi selanjutnya," ungkapnya. Dari jawabannya tersebut, Kayla Sahara mendapatkan hadiah.
Mengenal Permainan Tradisional
Acara dilanjutkan dengan penyampaian materi dari narasumber pertama yakni Delta Bayu Murti, S.Sos., M.A. Mas Bayu, panggilannya, menjelaskan berbagai macam permainan tradisional dan cara bermainnya.
Narasumber kedua, Achmad Irfandi, M.Pd. menjelaskan tentang Kampung Lali Gadget (KLG) dan mengajarkan tentang jenis bahan permainan zaman dahulu, seperti dari daun, kayu dan lainnya.
Mas Irfan juga memberikan permainan zaman dahulu yakni kincir angin kepada siswa siswi yang mau maju untuk menceritakan kisahnya, ketika diajarkan permainan tradisional oleh orang tua atau nenek-kakeknya.
Achmad Nizar Pratama sebagai narasumber ketiga memberikan materi tentang manfaat bermain. Setelah menjelaskan materinya, Mas Nizar kemudian membuktikan teori bermain.
"Karena bermain melatih motorik halus dan kasar, maka ayo bermain bersama," jelasnya lalu memainkan Cublak-cublak Suweng dan Jamuran.
Alvina Damayanti, salah seorang perwakilan dari KLG mengatakan, kegiatan Belajar Bersama di Museum Mpu Tantular, relate dengan program di KLG.
"Kebetulan di kampung lali gadget ini mengajarkan kita untuk menyeimbangkan antara dunia nyata dan digital, dengan cara memainkan permainan tradisional," tuturnya.
Permainan tradisional, lanjut dia, memiliki banyak sekali manfaat karena kita bisa mengasah kreativitas kita dengan membuat wayang. Juga bisa mengasah motorik dan bersosialisasi dengan teman.
Acara ini diadakan untuk memahami sejarah, nilai, makna dalam permainan tradisional. "Maka seharusnya kita sebagai generasi muda untuk menjaga dan mewariskan permainan tradisional kepada generasi selanjutnya," paparnya.
Suasana riang gembira menghiasi acara. Kegiatan selanjutnya dengan membuat wayang. Semua siswa dibimbing untuk membuat wayang dari bambu yang telah dibagikan. Setelah pembuatan wayang selesai, dipilih wayang terunik dan terbagus untuk mendapatkan doorprize.
"Seneng, excited banget, karena jujur yah ini itu first time aku ikut belajar bersama kayak gini, apalagi ternyata belajar permainan tradisional kayak seneng terus wow gitu," kata Zefanya Yorentiar, salah seorang pengurus OSIS Spentigda.
Ditanya manfaat, dia mengaku banyak. Aku akhirnya tahu permainan zaman dulu itu kayak apa. Terus aku bisa ikut melestarikan permainan tradisional untuk diteruskan ke anak cucu," jelasnya.
Selain itu, Zefa juga akhirnya tahu jika bermain itu bukan hanya melalui hape saja. "Bahkan ternyata main tradisional lebih seru," tuturnya.
Kegiatan ditutup dengan drama cerita rakyat "Sarip Tambak Oso". Seluruh rangkaian kegiatan selesai pada pukul 13.00 WIB. Meski acara berakhir, beberapa peserta tampak masih penasaran. Mereka mencoba berbagai permainan tradisional yang disediakan.($)
Penulis Nasya Alifia Maulida, Jurnalis Spentigda kelas 8A. Penyunting Darul Setiawan.
What's Your Reaction?






